Kamis, 19 Mei 2011

PROKRASTINASI

1. Pengertian Prokrastinasi

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan 'pro' yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran 'crastinus' yang berarti 'keputusan hari esok' atau jika digabungkan menjadi 'menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya'. (http://www.carleton.ca/~tpychyl/history.html/)

Pada kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi untuk menunjukkan pada suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan, pertama kali digunakan oleh Brown dan Holzman (dalam Rizvi dkk, 1997).

Menurut Glenn (dalam http://www.physics.ohiostate. edu/~wilkins/writing/Resources/ essays/procrastinate), prokrastinasi berhubungan dengan berbagai sindrom-sindrom psikiatri, seorang prokrastinator biasanya juga mempunyai tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, menjadi penyebab stress, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainnya, selain itu prokrastinasi menurut Lopez (dalam Hunsley; 1993), juga mempunyai pengaruh yang paradoksal terhadap bimbingan dan konseling.

Menurut Watson (dalam Zimberoff dan Hartman, 2001), anteseden prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal, tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan kontrol, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan.

Millgram (dalam, http://www.carleton.ca/~tpychyl/history.html/) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu perilaku spesifik, yang meliputi : 
(1) suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas, 
(2) menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas, 
(3) melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas kantor, tugas sekolah, maupun tugas rumah tangga, 
(4) menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik, dan sebagainya.

Ferrari (dalam Rizvi dkk., 1997) membagi prokrastinasi menjadi dua:
(a) Functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat, 
(b) Disfunctional procrastination yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah.

Ada dua bentuk prokrastinasi yang disfunctional berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan, yaitu decisional procrastination dan avoidance procrastination 

Decisional procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden kognitif dalam menunda untuk mulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stress (Ferrari, dalam Rizvi dkk.,1997). Prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri dalam perbuatan keputusan pada situasi - situasi
yang dipersepsikan penuh stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam mengindentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga akhirnya seorang menunda untuk memutuskan masalah. Decisional procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang (Ferrari dalam Wulan, 2000).  
Avoidance procrastination atau Behavioral procrastination adalah suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan yang akan mendatangkan. Avoidance procrastination berhubungan dengan tipe self presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan implusiveness (Ferrari dalam
Wulan, 2000).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yangmempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu, yaitu:
1) Kondisi fisik individu.
    Faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak (Bruno, 1998; Millgram, dalam Ferrari, dkk, 1995). Tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional yang dimiliki seseorang (Ferrari dalam Wulan, 2000).
2) Kondisi psikologis individu.
   Menurut Millgram, dkk. (dalam Rizvi, 1998). Trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial (Janssen dan Carton, 1999). Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara  negatif, di mana semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk prokrastinasi akademik (Briordy, dalam Ferrari, dkk, 1995). Berbagai hasil penelitian juga menemukan aspekaspek ain pada diri individu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi, antara ain; rendahnya kontrol diri (Green, 1982; Tuckman, dalam http://all.successcenter-ohio- state.edu/references/procrastinator_ state. edu/references/procrastinator_APA_paper.htm; Page dalam http://www.mwsc.edu/psychology/researc /psy302/fall96/stephanie_page.html)

b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu antara lain berupa pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient.
1) Gaya pengasuhan orangtua
  Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (dalam http://www.yosh.acil/syllabus/behave/academik.doc), menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah menghasilan anak wanita yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procratination pula.
2) Kondisi lingkungan yang lenient. 
    Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan (Millgram, dkk. Dalam Rizvi, 1998). Tingkat atau level sekolah, juga apakah sekolah terletak di desa ataupun di kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang ( Page dalam http://www.mwsc.edu/psychology/research/ps y302/fall96/stephanie_page.html).

Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik
Ferrari, dkk., (1995) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu berupa:
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. 
    Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.
b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. 
   Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. 
   Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
   Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.





1 komentar:

  1. Muh Mugis Siapakah Penerusmu Kelak
    assalamualaikum ini kisah perjalanan q yg mereka buat
    “Semoga kita mampu mengikuti jejak dan kiprah beliau dalam dakwah ini…” demikian curahan hati seorang kawanku dalam statusnya di Facebook. Hatiku membantah, sosoknya terlalu 'sempurna', beliau begitu mampu mengerjakan apa saja yang tidak mampu dikerjakan orang lain.

    Beliau mengerjakan semua pekerjaan yang dilakukan oleh lebih dari 10 orang. Terlalu jauh bagiku atau kita untuk mengejar apa yang telah dilakukan, sosoknya terlalu sempurna... Bagiku... beliau adalah... penjaga hati para ummahat.

    Bila ada ummahat yang sakit hati atau disakiti, maka beliau menjadi bahu sandarannya, ucapannya penguat dan disingkirkannya semua beban persoalan lain, termasuk persoalan dirinya hanya untuk menampung masalah dakwah dan pribadi para ummahat seakan-akan masalah pribadi ummahat adalah masalah yang terpenting dan tergenting di dunia ini.

    BalasHapus